Archive for Juli 2017
MAKALAH
Dasar-Dasar Ilmu Sejarah
“Ruang Lingkup Sejarah”
Disusun Oleh :
1. Fazri Mohehu
2. Abdul Wahid Lasampe
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVESITAS NEGERI GORONTALO
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pemberi kesempatan untukkami menyelesaikan tugas sejarah ini. Dan tak lupa pula sholawat serta salam tetap tecurah kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang dengan membawa agama yang sempurna addinul Islam. tugas yang kami susun ini berjudul Ruang Lingkup Sejarah.
Penyusun menyadari bahwa isi yang terkafer dalam tugas ini masih terdapat kekeliruan, baik dari segi sistematika maupun konsepsi keilmiahannya. Sehingganya penulis sangat berharap kepada para pembaca yang budiman kiranya dapat memberikan kritikan maupun saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas sejarah ini pada masa-masa selanjutnya.
Akhir kata, semoga bantuan dan petunjuk yang telah di berikan oleh berbagai pihak memperoleh imbalan yang setimpal serta memperoleh rahmat dan hidayah dari Allah SWT.
Wassalam...
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………… 3
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 3
BAB II PEMBAHSAN
2.1 Pengertian Sejrah ………………………………………….. 4
2.2 Sejarah Sebagai Ilmu Msa Lampau ………………………... 6
2.3 Periodisasi, Kronologi, dan krronik ……………………….. 8
2.4 Manfaat Belajar Sejarah …………………………………… 9
2.5 Contoh Cerita Sejarah ……………………………………... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………… 16
3.2 Saran ………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini sejarah sudah sangat disepelekan di kalangan masyarakat luas padahal yang kita ketahuai adalah banyak pelajaran yang kita bisa petik hikmahnya dalam sumber-sumber cerita sejarah. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meminimalisir musnahnya rasa ingin tahu tentang sejarah yang sekarang sudah mulai tertanam dalam kalangan masyarakat luas. Upayanya pun beragam mulai dari memberlakukan sejarah sebagai salah satu media edukasi di sekolah dan perbaikan monumen-monumen nasional guna menarik simpati masyarakat untuk lebih berminat dalam mempelajari sejarah. Namun upaya itu belumlah sempurna karena kurangnya pengetahuan masyarakat luas tentang apa sebenarnya sejarah, mengapa kita harus belajar sejarah dan manfaat sejarah.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Yang jadi pertanyaan besar untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang sejarah adalah :
1.3.1 Apa Pengertian Sejarah ?
1.3.2 Ilmu Apa Yang Ada Pada Sejarah ?
1.3.3 Apa Manfaat Dalam Belajar Sejarah ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SEJARAH
Secara etimologi atau asal katanya Sejarah diambil dari berbagai macam istilah. Diantaranya:
· Kata dalam bahasa Arab yaitu syajaratun artinya pohon.
· Mereka mengenal juga kata syajarah annasab, artinya pohon silsilah.
Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/ dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih komplek/ maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
· Dalam bahasa Jerman, yaitu Geschichte berarti sesuatu yang telah terjadi.
· Dalam bahasa Belanda yaitu Geschiedenis, yang berarti terjadi.
· Dalam bahasa Inggris yaitu History, artinya masa lampau umat manusia.
· Kata History sebenarnya diturunkan dari bahasa latin dan Yunani yaitu Historia artinya informasi/pencarian, dapat pula diartikan Ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah sepenuhnya bergantung kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi. Istor dalam bahasa Yunani artinya orang pandai Istoriaartinya ilmu yang khusus untuk menelaah gejala-gejala dalam urutan kronologis.
Berdasarkan asal kata tersebut maka sejarah dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.
Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah mengandung 3 pengertian:
1. Sejarah adalah silsilah atau asal-usul.
2. Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
3. Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Jadi pengertian sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
Berikut pengertian sejarah menurut bebberapa tokoh.
1. R. Moh. Ali, sejarah adalah ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan- perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa yang merupakan realitas masa lalu.
2. Ibnu Kholdun, sejarah adalah pengalaman yang nyata atau empiris.
3. R.G. Colingwood, sejarah adalah ilmu yang mempelajari alam pikiran dan pengalaman-pengalaman manusia di mana sejarah itu bersifat unik, langsung dan dekat.
4. Beneditto Croce, sejarah adalah cerita yang menggambarkan suatu pikiran yang hidup tentang masas lalu.
5. Kuntowijoyo, sejarah adalah kontruksi masa lalu tentang apa saja yang sudah dipirkan, dikatakan, dikerjakan, dan dialami seseorang. Sejarah adalah ilmu yang menuliskan pikiran pelaku, ilmu tentang sesuatu yang memiliki makna soisal, ilmu tentang manusia, dan ilmu tentang waktu yang meliputi perkembangan, kesinambungan pengulangan, serta perubahan.
2.2 SEJARAH SEBAGAI ILMU MASA LAMPAU
Sejarah akan senantiasa membahas masyarakat dari segi waktu. Karena itu sejarah dapat dikatakan sebagai ilmu tentang waktu. Sebagai ilmu tentang masa lampau (sesuatu yang sudah terjadi), berarti sejarah itu ilmu empiris.
Dalam memahami sejarah sebagai ilmu, untuk memudahkan memberikan pemahaman, maka ada tiga pengertian tentang sejarah itu sendiri.
2.2.1 Sejarah sebagai peristiwa
berarti suatu kejadian di masa lampau, atau sesuatu yang sudah terjadi, dan hanya sekali terjadi (einmalig), tidak bisa diulang. Peristiwa yang bersifat absolute dan objektif.
2.2.2 Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai hasil rekontruksi dari suatu peristiwa oleh para sejarawan. untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah maka disusunlah fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah untuk dilakukan proses rekontruksi dengan metode dan metodologi sejarah.
2.2.3 Sejarah sebagai ilmu.
Sejarah sebagai ilmu sudah bersifat empiris, memiliki objek, tujuan dan memiliki metode. Dengan penjelasan sebagai berikut.
1) empiris, ilmu sejarah melakukan kajian atau peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi pada masa lampau.
2) objek, objek dari penulisan sejarah adalah perubahan atau perkembangan aktivitas manusia. Karena objeknya terkait manusia, maka ilmu sejarah dimasukkan dalam ranah ilmu-ilmu humaniora.
3) teori, sejarah memiliki teori atau yang disebut sebagai filsafat sejarah kritis.
4) generalisasi, dalam setiap stusi dari suatu ilmu kemudian ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut biasanya kesimpulan umum atau general. Kesimpulan dari ilmu sejarah adalah kesimpulan yang lebih mendekati pola- pola atau kecenderungan dari suatu peritiwa. Kesimpulan sejarah tidak bisa diakui sebagai kebenaran dimana-mana. Tetapi kesimpulan sejarah sebagai koreksi atas kesimpulan ilmu lainnya haruslah dimiliki untuk berlaku hati-hati dalam penelitian dan menarik suatu kesimpulan.
2.2.4 Sejarah sebagai seni
Sejarawan tidak bisa sembarangan menghadirkan peristiwa sejarah sebagai kisah sejarah. Kisah sejarawan akan memiliki daya tarik tersendiri apabila sejarawan memiliki intuisi, imajinatif, emosi dan gaya bahasa yang baik. Intuisi diperlukan oleh sejarawan saat memilih topik hingga merangkai seluruh fakta menjadi sebuah kisah. Imajinatif sejarawan digunakan untuk menyususun fakta-fakta sejarah yang berhasil ditemukan agar menjadi utuh dan bulat sehingga mudah dipahami. Kontruksi atau gambaran sejarawan tentang sebuah peristiwa jelas tidak bisa sama persis dengan peristiwa yang sebenarnya sehingga sejarawan membutuhkan imajinatif untuk merangkai fakata-fakta sejarah yang sudah tersedia. Oleh Karena itu, sejarawan memiliki emosi untuk menyatukan perasaan dengan objeknya agar para pembaca seolah-olah terlibat langsung dengan suatu peristiwa sejarah. Akhirnya, seluruh pengisahan sejarah harus didukung dengan penggunaan gaya bahasa yang lugas dan hidup.
2.3 PERIODISASI, KRONOLOGI, dan KRONIK.
2.3.1 Periodisasi
Periodisasi merupakan pembabakan waktu dalam sejarah berdasarkan dimensi ruang, waktu dan tema-tema tertentu. Rentang waktu yang panjang menjadikan perjalanan sejarah mengalami beberapa perubahan. Periodisasi biasanya didasari atas suatu momentum tertentu.
Pembabakan periodisasi sejarah Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Zaman Pra-aksara.
2. Zaman Hindu-Budha.
3. Zaman Islam.
4. Zaman Kolonial Belanda.
5. Zaman Pendudukan Jepang.
6. Zaman Kontemporere (Revolusi Kemerdekaan hingga saat ini).
Periodisasi pun berkembang berdasarkan pendapat seperti Prof. Dr. Soekanto dan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo.
2.3.2. Kronologi
Kronologi adalah urutan peristiwa yang dimualai dari peristiwa yang paling awal terjadi sampai yang terakhir berakhir. Kata kronologi bersal dari kata chronos (waktu) dan logos (ilmu) yang berasal dari kata Yunani. Jadi secara harfiah kronologi bisa diartikan sebagai ilmu tentang waktu. Kronologi bisa disusun berdasarkan hari kejadian atau tahun terjadinya suatu peristiwa sejarah.
2.3.3 Kronik
Kronik adalah catatan-catatan kejadian secara singkat dari waktu ke waktu secara berurutan. Kronik terikat pada waktu, bukan sumber. Kronik adalah bentuk sejarah, tetapi mati Karen ahanya urutan-urutan tanggal dan peristiwa tanpa adanya penjelasan. Hal ini berbeda dengan kronologi yang terdapat deskripsi suatu peristiowa sejarah walaupun hanya singkat.
2.4 MANFAAT BELAJAR SEJARAH
Sejarah yang diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lamapau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi kurun waktu tertentu, diberi tafsiran, dan dianalisis secara kritis sehingga mudah dimengerti dan dimengerti sehingga memiliki manfaat berupa. Menurut Kuntowijoyo keguanaan sejarah dibagi menjadi dua yaitu guna intrinsic dan guna ekstrinsik.
1. Guna Intrinsik
Guna intrinsik, yakni kegunaan dari dalam yang Nampak terkait dengan keilmuan dan pembinaan profesi kesejarahan. Guna intrinsik sejarah sebagai berikut
1. Sejarah sebagai ilmu.
2. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
3. Sejarah sebagai pernyataan pendapat.
4. Sejarah sebagai profesi.
2. Guna Ekstrinsik.
Guna ekstrinsik terkait dengan proses penanaman nilai dan proses pendidikan. Guna Ekstrinsik meliputi.
1. Sejarah sebagai pendidikan moral.
2. Sejarah sebagai pendidikan penalaran.
3. Sejarah sebagai pendidikan politik.
4. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan.
5. Sejarah sebagai pendidikan perubahan.
6. Sejarah sebagai pendidikan masa depan.
7. Sejarah sebagai pendidikan keindahan.
8. Sejarah sebagai ilmu bantu.
Berkaitan dengan fungsi ekstrinsik tersebut, Nugroho Notosusanto menjelakan empat fungsi atau guna sejarah yaitu: fungsi rekretaif, inspiratif, instruktif dan edukatif.
1. Fungsi rekreatif
Ketika seseorang membaca narasi sejarah dan isinya mengandung hal-hal yang terkait dengan keindahan, romantisisme, maka akan melahirkan kesenangan estetis. Tanpa bernajak dari tempat duduk, seseorang yang mempelajari sejarah dapat menimati bagaimana kondisi suatu masa pada masa lampau. Jadi seolah-olah seseorang tadi sedang berekreasi ke suasana yang lampau.
2. Fungsi inspiratif
Dengan mempelajari sejarah akan dapat mengembangkan inspiratif, imajinatif dan kretivitas generasi yang hidup sekarang dalam rangka hidup berbangsa dan bernegara. Fungsi inspiratif juga dapat dikaitkan dengan pendidikan moral. Sebab setelah belajar sejarah seseorang dapat mengembangkan inspirasi dan berdasarkan keyakinannya dalam menerima atau menolak nila yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah.
3. Fungsi instruktif
Maksud fungsi intrukstif adalah sejarah sebagai alat bantu dalam proses suatu pembelajaran. Sejarah berperan sebagai upaya penyampaian pengetahuan dan ketrampilan kepada orang lain.
4. Fungsi edukatif
Belajar sejarah sebenarnya dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia. Sejarah mengajarkan tentang contoh yang sudah terjadi agar seseorang menjadi arif, sebagai petunjuk dalam berperilaku.
2.5 CONTOH CERITA SEJARAH
2.5.1 Gerakan Non-Blok/Non Align Movement (NAM)
Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non Align Movement (NAM) adalah suatu gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga yang beranggotakan lebih dari 100 negara-negara yang berusaha menjalankan kebijakan luar negeri yang tidak memihak dan tidak menganggap dirinya beraliansi dengan Blok Barat atau Blok Timur. Gerakan Non Blok merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keanggotaan PBB. Mayoritas negara-negara anggota GNB adalah negara-negara yang baru memperoleh kemerdekaan setelah berakhirnya Perang Dunia II, dan secara geografis berada di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, tepatnya di era 1950-an negara–negara di dunia terpolarisasi dalam dua blok, yaitu Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet. Pada saat itu terjadi pertarungan yang sangat kuat antara Blok Barat dan Timur, era ini dikenal sebagai era perang dingin (Cold War) yang berlangsung sejak berakhirnya PD II hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1989. Pertarungan antara Blok Barat dan Timur merupakan upaya untuk memperluas sphere of interest dan sphere of influence. Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah potensial di seluruh dunia. Dalam pertarungan perebutan pengaruh ini, negara-negara dunia ketiga (di Asia, Afrika, Amerika Latin) yang mayoritas sebagai negara yang baru merdeka dilihat sebagai wilayah yang sangat menarik bagi kedua blok untuk menyebarkan pengaruhnya. Akibat persaingan kedua blok tersebut, muncul beberapa konflik terutama di Asia, seperti Perang Korea, dan Perang Vietnam. Dalam kondisi seperti ini, muncul kesadaran yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga saat itu untuk tidak terseret dalam persaingan antara kedua blok tersebut.
Indonesia bisa dikatakan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran organisasi ini. Lahirnya organisasi Gerakan Non Blok dilatar belakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara-negara dunia ketiga terutama dari Asia dan Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia saat itu karena adanya persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur.
Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Srilangka. Terselenggaralah sebuah pertemuan pertama di Kolombo (Srilangka) pada 28 April-2 Mei 1952, dilanjutkan dengan pertemuan di Istana Bogor pada 29 Desember 1954. Dua konferensi diatas merupakan cikal bakal dari terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika /KAA di Bandung pada 18 April-25 April 1955 yang dihadiri oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika. KAA di Bandung merupakan proses awal lahirnya GNB. Tujuan KAA adalah mengidentifikasi dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berusaha memformulasikan kebijakan bersama negara-negara yang baru merdeka tersebut pada tataran hubungan internasional. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah Presiden Mesir Ghamal Abdul Naser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kelima tokoh ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB. Adanya ketegangan dunia yang semakin meningkat akibat persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur, yang dimulai dari pecahnya perang Vietnam, perang Korea, dan puncaknya krisis teluk Babi di Kuba, yang hampir saja memicu Perang Dunia III, mendorong para pemimpin negara-negara Dunia Ketiga untuk membentuk sebuah organisasi yang diharapkan bisa berperan mengurangi ketegangan politik dunia internasional saat itu. Pembentukan organisasi Gerakan Non Blok dicanangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd, Yugoslavia 1-6 September 1961 yang dihadiri oleh 25 negara dari Asia dan Afrika. Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama diantara mereka. Pada KTT I ini juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya. GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggararakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Tujuan GNB mencakup dua hal, yaitu tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan kedalam yaitu mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, negera-negara Non Blok menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Pokok pembicaraan utama adalah membahas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tujuan Non Blok dan ikut mencari solusi terbaik terhadap peristiwaperistiwa internasional yang membahayakan perdamaian dan keamanan dunia. Dalam perjalanan sejarahnya sejak KTT I di Beograd tahun 1961, Gerakan Non Blok telah 16 kali menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi, yang terakhir KTT XVI yang berlangsung di Teheran pada Agustus 2012. Indonesia sebagai salah satu pendiri GNB pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT GNB yang ke X pada tahun 1992. KTT X ini diselenggarakan di
Jakarta, Indonesia pada September 1992 – 7 September 1992, dipimpin oleh Soeharto. KTT ini menghasilkan “Pesan Jakarta” yang mengungkapkan sikap GNB tentang berbagai masalah, seperti hak azasi manusia, demokrasi dan kerjasama utara selatan dalam era pasca perang dingin. KTT ini dihadiri olehlebih dari 140 delegasi, 64 Kepala Negara. KTT ini juga dihadiri oleh SekjenPBB Boutros Boutros Ghali.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
3.1 KESIMPULAN
Sejarah merupakan peristiwa masa lampau yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia, dalam sejarah kehidupan tentu banyak pengalaman-pengalaman dari para pelaku sejarah yang bisa kita jadikan pelajaran hidup di masa depan. Dalam pembahasan di atas sejarah dikenal sebagai ilmu masa lampau artinya dalam ilmu sejarah lebih banyak menceritakan tentang kejadian dimasa lampau. Berbagai manfaat di dalam mempelajari sejarah salah satunya, dengan belajar sejarah kita bisa mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau.
3.2 SARAN
Saran kami sebagai penyusun makalah ini, kami berharap kepada seluruh masyarakat untuk lebih meningkatkan semangatnya dalam mempelajari sejarah, dan diharapkan kepada instansi terkait untuk bisa memfasilitasi penelitian-penelitian sejarah yang diakukan oleh para ilmuan dan mahasiswa untuk menemukan ilmu-ilmu sejarah yang baru guna menunjang eksistensi sejarah di kalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
v pengertian ruang lingkup sejarah (online) https://sejarawan.wordpress.com/2012/09/24/pengertian-dan-ruang-lingkup-sejarah-2/
v Buku Sejarah Indonesia kelas XII/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.